Saturday, March 12, 2016

[Resensi Novel] Fantasteen: They Call Me Psychopath

Setelah berbulan-bulan tidak ada kabar, akhirnya hari ini saya bisa mereview buku lagi. Nah, review kali ini membahas:

Judul: They Call Me Psychopath
Penulis: Firdhania Puteri
Penerbit: Dar! Mizan
Tahun terbit: 2015
Softcover, 156 hlm.

SINOPSIS

Diary yang terbawa dalam tas Ellen mengungkapkan rahasia besar Jessie. Dibalik kebiasaan Jessie yang pandai melucu, ternyata ada sosok yang begitu sadis! Ellen pun memanfaatkan penemuannya untuk menjebak Jessie. Banyak orang yang menjadi korban Jessie dan ini tidak bisa dibiarkan.

Ellen dibantu Amanda, Rachel, dan tukang kebun menyergap Jessie di toilet sekolah. Jessie tidak menyangka dirinya akan terpojok seperti itu. Tidak ada pilihan selain menyelamatkan diri dengan menusukkan pisau berkarat yang selalu dia bawa. Ellen tidak menyangka dengan tindakan Jessie itu, tapi semuanya sudah terlambat.

RESENSI


Well, first of all, I must say that saya memulai 2016 dengan kemunduruan minat baca pada karya fiksi.

Dan setelah sekian lama mengumpulkan uang dengan mengemis di depan kantor DPR, akhirnya saya bisa membeli buku ini. Yeay! Sebelumnya, saya sudah ngincer buku ini dari pertama kali melihat cover yang psikopat banget.

Dari judulnya, saya sempat mengira buku ini bergenre thriller. Tapi, dugaan itu melenceng saat membaca halaman demi halaman. Novel ini bukan thriller (kecewa). Walaupun dibumbui dengan pembunuhan, cerita ini lebih ke jenis horor. Di mana tokoh utama dapat melihat hantu alias indigo. Sayangnya, blurb dari novel ini spoiler keras. Sehingga mudah bagi pembaca untuk menebak alur cerita dan pelaku.

Tapi, secara garis besar cerita ini memiliki sebuah kekuatan gaib yang mendorong saya untuk membuat novel psikopat.

Gaya bahasa yang digunakan sangat santai, jadi nyaman untuk dibaca. Alurnya juga mengalir lancar seperti aliran air di kali ciliwung. Hanya saja, aneh tapi unik di dalam cerita ini Ellen (sebagai pemeran utama) malah main UNO bersama hantu. Nggak takut apa, ya?

Ngomongin soal hantu, entah kenapa saya merasa hantu-hantu di dalamnya lebih terasa seperti manusia pada umumnya. Seperti yang disebutkan:
Clara menggeleng. 'Aku tidak punya raga.' (hlm. 121).
Sudah dijelaskan hantu tidak memiliki raga, tapi entah kenapa Ellen bisa meluk hantu (hlm. 60), dan para hantu bisa bermain UNO (hlm. 69) Apa yang dipeluk? Dan, bagaimana cara hantu memegang kartu UNO kalau tidak punya raga?

Penggambaran Firdhania terhadap tokoh utama juga kurang mendalam. Misalnya seperti: Kenapa baru Ellen pindah ke sekolah yang baru, dia baru bisa melihat hantu. Dan, Ellen seolah-olah tak merasa takut saat bertemu hantu.

Saya tutup halaman pada novel ini dengan perasaan kurang puas dengan endingnya. Dalam sudut pandang saya, ending yang saya harapkan adalah Ellen dan pelaku saling bunuh-membunuh agar terasa psikopatnya. Tapi, yang terjadi malah ...

Nah, kira-kira begitulah resensi dari novel They Call Me Psychopath karya Firdhania Puteri. Well, jangan cuma baca ulasannya saja. Beli novelnya juga di toko buku kesayangan, dan rasakan sensasi psikopat dari novel ini kepada Anda!


Sekian dan Terima Kasih

1 comment:

Selamat datang di-blog aku :)
Halo, teman-teman! Apa kabar, nih? Baik, kan? Hihi ... Kenalan dulu, yuk!

Andika Kaya adalah pelajar SMA yang memiliki segudang impian, yang menyambung hidupnya dengan menulis. Berharap juga menjadi JK Rowling atau Raditya Dika. Bangun siang adalah kerjaan rutinnya selama menjadi kelas X di SMAN 4 Denpasar.

Di blog ini, kamu bisa baca resensi dan tips menulis buku. Dan kamu juga bisa menghubungi kami melalui Facebook: Andika Kaya atau e-mail ke andikakaya761@gmail.com

Terima kasih dan semangat terus!