Nadia Shafiana Rahma tidak pernah menyangka bahwa hobinya
dalam bidang tulis-menulis dapat membawanya ke Jerman saat duduk di bangku
Sekolah Dasar. Ia menjadi peserta sekaligus pembicara termuda di ajang buku
bergengsi Frankfurt Book Fair yang diadakan 14-18 Oktober 2015 lalu. Semua itu
diraih berkat keaktifan Nadia dalam menulis sejak dibangku taman kanak-kanak!
Hebat, bukan?
Pada mulanya, Nadia hanya iseng menulis cerita pengalaman
pendek ke koran. Cerita-cerita tersebut sering dimuat, sehingga membuatnya
menjadi jatuh cinta pada menulis. Lanjut di kelas 1 SD, Nadia bertemu dengan
seri Kecil-Kecil Punya Karya (KKPK). Ia sering baca buku tersebut dan ikut
termotivasi dalam membuat novel karena penulisnya sebaya dengannya. Selain itu
juga didorong oleh kakaknya, Najma Alya Jasmine, yang juga menjadi seorang
penulis cilik.
Bakat menulis Nadia tumbuh dari kebiasaannya mendengar
cerita yang dibacakan oleh orangtuanya sejak bayi. Tumbuh dengan kebiasaan
tersebut, Nadia kecil kemudian ingin membaca sendiri buku cerita yang dia
inginkan. Karya-karya Nadia sering mengisi kolom anak di media cetak nasional. Beberapa
koleksi cerita pendek Nadia juga telah dimuat dalam seri Kecil-Kecil Punya
Karya, di antaranya My life My Heaven, Pengalaman Meraih Bahagia, Juiceme Salah
Tangkap, dan Juiceme Kakek Misterius serta kumpulan cerpen Si Hati Putih. Dan
bahkan, kumpulan cerpen berjudul Si Hati Putih telah diterjemahkan ke dalam
bahasa Inggris dengan judul The Boy with the Pure Heart.
“Aku mah nulis aja apa yang ada di pikiranku, ke dalam
bentuk tulisan. Kalau lagi nggak ada ide, biasanya jalan-jalan aja. Kalau
enggak main game, nanti juga idenya ada sendiri.” Jawab Nadia saat ditanya melalui
pesan singkat.
Nadia kerap mencatat ide-ide liarnya dalam buku miliknya,
karena jika tidak cepat ditulis pasti akan cepat lupa. Ia biasanya mengangkat
pengalaman sehari-hari dalam ceritanya. Selain itu, ide juga sering datang dari
imajinasinya.
Dalam proses kreatif Nadia dalam menulis, biasanya dilihat
dari sudut pandang berbeda. “Misalnya ada cerita tentang penjahat yang
dikejar-kejar polisi sampai nabrak kios-kios jualan. Nah, kebanyakan cerita
cuma fokus sama polisi yang mengejar si penjahat. Biasanya aku nulis si pemilik
kios yang nggak tau apa-apa, tiba-tiba kiosnya ditabrak.” Imbuhnya.
Kegemarannya dalam tulis-menulis membawanya ke Jerman gratis di ajang besar Frankfurt Book
Fair. Mulanya, Nadia sangat tidak menyangka bahwa bukunya yang berjudul Si Hati
Putih lolos dalam seleksi buku anak se Indonesia, yang akan dipersembahkan
dalam ajang tahunan di Jerman tersebut. Ia pun sangat senang bisa bertemu
dengan penulis-penulis hebat dari seluruh dunia.
Selain menulis, Nadia juga menyalurkan hobinya dalam
memainkan piano. Ia berharap agar dunia literasi di Indonesia semakin
berkembang. Ayo, menulis demi masa depan gemilang! ^^
Salam,
Anak Indonesia!
No comments:
Post a Comment