Halo, semua.
Kali ini, gue akan ngenalin perempuan cantik berprestasi dari Jakarta. Siapa lagi kalau bukan, Muthia Fadhila. Perempuan yang kerap disapa Thia ini sudah menerbitkan 37 buku. Tidak hanya menulis, ia sangat gemar bermain piano dan balet. Penasaran, kan, bagaimana cara Thia membagi waktu dan proses kreatif Thia dalam membuat cerita? Yuk, mari kita intip resep Thia untuk mengolah karyanya.
Halo Muthia! Apa
kabar?
Baik, hehe.
Bisa cerita sedikit
nggak tentang pengalaman pertama kakak dalam menulis?
Jadi awalnya aku emang suka baca. Pas SD kelas 2, waktu itu
lagi marak-maraknya KKPK. Aku sering nuker buku sama temen-temen aku. Kebetulan
penulisnya seumuran, akhirnya aku berlanjut ke nulis. Awalnya nulis sih nggak
mudah, tapi berkat niat dan usaha akhirnya aku bisa merealisasikannya. Karyaku
yang berjudul Life Skill Memasak Di Sekolahku pun berhasil terpilih untuk
menjadi 36 delegasi konferensi penulis anak bobo 2009. Dari sanalah awal mula
aku menjadi penulis.
Bagaimana proses
kreatif kakak dalam menulis?
Pertama tentu dari mencari ide. Aku nemu ide bisa dari
banyak hal, entah itu dari film, cerita temen, dan lain sebagainya. Lalu aku
buat poin-poin tulisannya, bisa per bab atau per paragraf, dari awal sampai
akhir untuk menghindari writerblock. Lalu aku tinggal kembangin, deh.
Apa yang menjadi
kesulitan kakak dalam menulis?
Aku suka bingung kelanjutan dari kisahku sendiri. Dulu juga
sering khawatir kalau jalan ceritaku menjadi terlalu cepat dan bingung cara
mengembangkan sebuah ide menjadi cerita yang unik dan enak untuk dibaca, juga
writerblock.
Misalnya
sewaktu-waktu writerblock, gimana cara kakak mengatasinya?
Kalau caraku sih dengan refreshing.
Aku tinggalkan tulisanku sejenak untuk jalan-jalan atau nonton film, untuk cari
inspirasi baru. Kalau ketemu inspirasi nyambung sama yang sedang aku tulis,
lanjut deh. Tapi kalau nemu inspirasi lain, disimpan buat dijadikan tulisan
baru. Tapi refreshingnya nggak
lama-lama, harus ingat waktu, hehe.
Bisa bagi tips menulis
untuk anak-anak Indonesia, nggak, kak?
Pertama, rajinlah membaca. Jika kamu ingin menjadi penulis,
perbanyak buku yang dibaca. Karena tidak ada orang yang bisa menulis tanpa
membaca.
Kedua, selalu bawa buku ke mana-mana, karena ide selalu
datang di manapun dan kapanpun. Jadi kalau ada ide, langsung catat biar nggak
cepat lupa.
Ketiga, mengedit tulisanmu nanti saja, setelah kamu selesai
menuangkan apa yang telah kamu pikirkan.
Keempat, jangan hiraukan pendapat orang lain. Anggaplah
pendapat mereka sebagai saran yang dapat membangun semangat dan membuat
tulisanmu menjadi bagus.
Kelima, jangan takut untuk mengirim naskah. Kalau menurutmu
itu kurang bagus, belum tentu orang lain berkata demikian. Dan apabila naskahmu
ditolak penerbit, kirim lagi sampai karyamu diterima. Semangat! ^_^
Buku kakak, kan,
banyak yang best-seller. Royalti yang
kakak dapat biasanya dipake buat apa?
Tentunya sebagian dari royalti itu aku tabung. Tapi aku
usahain minimal 10% dari royalti yang aku dapat untuk disumbangkan di panti
asuhan. Aku terinspirasi dari penulis luar negeri yang menyumbangkan royaltinya
untuk anak panti.
Prestasi kakak selain
menulis novel?
Juara 2 Lomba Film Pendek di ajang FLS2N SMA Tingkat
Provinsi DKI Jakarta. Terpilih menjadi DELEGASI HARVARD MODEL UNITED NATIONS
2017 di Harvard University, Amerika Serikat, 26-29 Januari 2017. Kemarin aku
juga mengikuti konferensi ISUNITE 2 yang diselenggarakan di Jakarta, dan lain sebagainya.
Wah, bisa kasih tips
buat anak-anak Indonesia yang nggak berani nyoba buat ikutan lomba?
Jangan takut mengirim karyamu. Dengan berani ikut lomba,
apapun hasilnya, kalian bisa mendapat pelajaran berharga. Dan jangan takut
untuk berkarya karena kalian bisa menginspirasi teman-teman lainnya.
Siapa yang menjadi
sosok penulis favorit kakak?
J K Rowling, Andrea Hirata, dan Sri Izzati.
Bagaimana cara kakak membagi waktu antara menulis dengan kegiatan lainnya?
Aku biasa menulis di waktu luangku, sehingga tidak terlalu mengganggu kegiatan lain. Misalkan dapat ide ketika aku sedang berkegiatan pun, idenya kucatat dulu biar tidak lupa.
Apa harapan kakak
untuk dunia literasi di Indonesia ke depannya?
Kedepannya, aku harap literasi di Indonesia bisa semakin
berkembang dengan kemunculan karya-karya dari seniman muda yang menginspirasi. Dengan
berkarya, seseorang dapat berbagi ilmu, perasaan dan pengalaman ke orang lain.
Nah, itu tadi hasil wawancara bareng Muthia Fadhila. Bagaimana? Apa kalian tidak terinspirasi untuk berkarya seperti Thia? Yuk, mulai berkarya untuk Indonesia. Jangan pernah takut untuk mengirim karya kalian. Kalau menurutmu itu kurang bagus, belum tentu orang lain berkata demikian. Semoga artikel ini bermanfaat buat kalian untuk tetap berprestasi seperti Thia. Hwaiting! ^_^
Dan, bagi kamu yang ingin mengetahui Thia lebih lanjut bisa mampir ke blog-nya Thia di sini.
Salam,
Anak Indonesia!
No comments:
Post a Comment