Dalam rangkaian ARKI 2016 mengunjungi kampus Institut Kesenian Jakarta, gue mendapat kesempatan untuk bertanya pada Pidi Baiq (Penulis
best-seller Dilan).
“Bagaimana cara
membangun karakter yang unik dan selalu diingat pembacanya?”
Begitulah pertanyaan yang saat itu gue ajuin. Kira-kira apa
yang menjadi resep rahasia Pidi Baiq dalam membangun Dilan sehingga selalu
diingat pembacanya? Yuk, simak artikel gue berikut ini.
Sebelum gue membahas itu, ada baiknya gue kasih tau gambaran
umum mengenai karakter. Dalam menentukan karakter, kita juga harus memerhatikan
latar tempat yang digunakan. Misalnya, di Amerika Serikat ciuman dikalangan
remaja dianggap wajar, sementara di Indonesia tidaklah demikian. Maka dari itu
tentu kamu harus melakukan riset sebelum membangun karakter.
“Apalah arti karakter selain menjadi pendeterminasi insiden? Apalah arti insiden selain menjadi ilustrasi dari sebuah karakter?”
– Henry James
Apa yang Henry James katakan adalah jika tidak ada karakter
maka tidak akan ada aksi, dan tanpa aksi kamu tidak punya karakter. Dengan kata
lain, sulit memisahkan keduanya.
Karakter memegang peranan yang sangat penting dalam sebuah
kisah. Kebanyakan penulis pemula melakukan kekeliruan dengan menciptakan
karakter yang mengkonotasikan dirinya sendiri. Baik dari aspek fisik, sifat dan
kebiasaan. Sebetulnya hal itu tidak terlalu menjadi masalah yang signifikan,
asalkan kamu bisa berhasil mengolahnya semenarik dan seinovatif mungkin. Namun
di sisi buruknya, bisa-bisa kamu kesulitan menulis karakter lain yang believable untuk berinteraksi dengan
karaktermu.
Sumber Ide Karakter
Untuk mencari sumber ide karakter sangatlah mudah. Kamu bisa
memulai dengan melihat lingkungan di sekitarmu. Banyak banget karakter orang di
sekitar kita yang unik. Atau kalian juga bisa mengingat-ingat karakter
orang-orang yang pernah terlintas dalam benakmu.
Karakter dalam buku, film, cerita lain yang sudah pernah
ada. Tidak. Gue nggak bilang untuk plagiat lo ya, mengambil mentah-mentah
karakter tokoh itu. Maksud gue, ambil, modifikasi, gabung-gabungkan sesuai kebutuhan
cerita dan idemu sendiri.
Gue sering mencantumkan karakter dari dunia nyata, dengan ciri
khas dan sifat yang memang milik si tokoh nyata. Tentu gue ijin dulu. Dan
temen-temen justru senang bisa eksis dalam novelku.
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam membangun karakter
Awali dengan nama. Kamu harus membuat nama yang mudah
disebutkan, sederhana, dan nyaman. Nama bisa kalian comot dari mana saja. Namun,
harus tetap sejalan dengan cerita. Misalnya, novel berlatar di Minangkabau,
menggunakan nama khas daerah tersebut.
Hal yang harus kamu perhatikan dalam membangun karakter
adalah konsistensi. Aneh rasanya
kalau membaca karakter yang mulanya manja, mendadak menjadi sosok yang
berwibawa tanpa disertai kejadian penting yang dapat merubah sifatnya itu.
Selain itu, kamu juga harus menciptakan karakter yang memiliki sifat positif dan negatif. Jangan
membuat karakter yang terlalu sempurna, karena terkadang dapat membuat pembaca
merasa cepat bosan. Setidaknya isi satu titik kelemahan, misalnya Si A kaya,
tampan, keturunan konglomerat. Tapi mukanya jelek. Hal itu akan menambah
keunikan dari karakter yang kamu buat.
Keunikan yang
dimiliki tokoh juga sangat penting. Pembaca akan mudah untuk mengingatnya. Keunikan
ini bisa berupa sifat, cara bicara, maupun kebiasaannya. Misalnya karakter
cowok yang memiliki sifat angkuh, berandalan
atau istilah lainnya badboy, namun
ia memiliki sifat yang penyayang pada cewek dambaannya.
Lalu apa yang menjadi
resep rahasia Pidi Baiq dalam membangun karakter?
Pidi Baiq berhasil memerdekakan Dilan dan Milea sebagai
tokoh dengan karakter yang lahir dari perenungannya terhadap
kebiasaan-kebiasaan sepele kita
sehari-hari. Tanpa kita sadari, karakter Dilan merupakan hasil kesalahan atau kekonyolan sederhana yang sebenarnya sering kita lakukan. Ia
berhasil merangkum karakter itu dalam Dilan dan Milea. Kedekatan Dilan dan
Milea dengan para pembaca membuat sebuah kekuatan bagi kita memahami karakter
tersebut.
Misalnya, sebagai siswa tentu memiliki titik jenuh terhadap
pembelajaran di sekolah. Dan hal itu mengakibatkan kita sering menjadikan guru
sebagai bahan lelucon. Pidi Baiq berhasil mengemas Dilan dengan karakter
demikian.
Sebagai pembaca yang saat di masa sekolah pernah merasakan
hal tersebut, merasa setuju dengan apa yang dilakukan Dilan. Hal tersebutlah
yang membuat Dilan selalu diingat pembacanya. Pembaca merasa ada kedekatan
dengan karakter yang dibangun Pidi Baiq, karena apa yang dilakukan Dilan dan
Milea adalah hal yang biasa kita lakukan.
Ketika di dunia ini sebuah perbedaan sikap atau prilaku jelek kita kurang dihargai, namun Pidi
Baiq menghargai itu dengan membuat tokoh Dilan dan Milea.
Dalam menulis, sebagai pengarang tentunya kita dapat
menjelaskan karakter dengan berbagai kata sifat yang dirasa tepat. Namun, semua kebiasaan-kebiasaan karakter haruslah konsisten, demikian pula dari cara tokoh lain
memadangnya. Kamu juga harus merasa akrab dengan karaktermu karena selama
kamu menulis cerita mengenainya, kamu akan terus-menerus menggambarkan
gerak-geraknya secara konsisten.
Lalu, bagaimana menyiratkan sifat seorang karakter?
Menjabarkannya terus menerus bisa membuat para pembaca jenuh. Agar ada variasi,
juga agar pembaca mendapatkan gambaran lebih mengenai tokoh ciptaanmu, kamu
bisa menjelaskan karakter dari tindakannya serta interaksi dengan tokoh yang
lain. Dengan begitu, pembaca nggak akan cepat bosan membaca karyamu.
Sekian dulu sharingnya. Gue di sini bukan bermaksud buat
ngajarin, tapi cuma mau berbagi pengalaman. Maaf kalau gue ada salah kata.
Maklum, gue juga pemula. Masih harus banyak belajar. Kalau kamu mau niru,
tanggung sendiri resikonya. Hehe...
Salam,
Anak Indonesia!
No comments:
Post a Comment